Wilayah pesisir memiliki tiga ekosistem penting yang berfungsi menjaga kesehatan lingkungan dan biotanya, tiga diantara ekosistem tersebut adalah bakau, terumbu karang dan lamun. Pengetahuan akan bakau dan terumbu karang sudah banyak diketahui orang, bahkan banyak aksi-aksi pelestarian yang dilakukan dari berbagai kalangan masyarakat namun, sayang, keberadaan lamun hingga kini kurang mendapat perhatian.
Lamun
sendiri adalah tumbuhan yang umumnya tumbuh di perairan pantai dangkal dengan
dasar pasir, lumpur, kerikil atau pecahan karang mati. Batang dan akar lamun
pun tertanam dalam dasar tempat tumbuh lamun. Secara kasat mata orang sering
mengira lamun hanya tumbuhan liar yang ada di laut karena tampilannya, bahkan
kadang keberadaannya dianggap mengotori wilayah pesisir karna dedaunannya yang
sering terbawa ke pantai.
Aktivitas nelayan di sekitar pulau pari |
Salah
satu lokasi pesisir terdekat dari Jakarta adalah Kepulauan Seribu. Pulau Pari,
yang adalah bagian dari Kepulauan Seribu, merupakan salah satu tempat yang
memiliki ekosistem pesisir yang lengkap. Sayangnya baik masyarakat pesisir
maupun wisatawan sendiri juga masih kurang paham tentang fungsi lamun. Seperti
Sokat salah satu warga Pulau Pari yang sudah tinggal di Pari selama delapan
tahun, walaupun sejak lahir ia merupakan penduduk pulau ia tidak tahu fungsi
dari lamun.
“Kalau setau saya, mah, lamun
itu kegunaanya untuk hiasan laut aja kegunaannya gak ada,” ujar pria yang
sebelumnya tinggal di Pulau Pramuka itu.
Untuk
menjaga kelestarian pesisir Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuat
Daerah Perlindungan Biota Laut (DPBL) di daerah tersebut. Untuk menutup beberapa zona guna dibuatnya DPBL diakui Sam Wouthuyzen, peneliti senior dan inisiator DPBL
butuh waktu tiga tahun untuk melakukan diskusi dan negosiasi dengan warga Pulau
Pari hingga disepakati penutupan sejumlah zona untuk dijadikan DPBL.
Berbeda
dengan yang terjadi di Pulau Pari pendekatan untuk membuat DPBL di Pulau Bintan
berlangsung dua tahun. Bahkan diskusi dan negosiasi pada masyarakat sekitar
DPBL di Papua langsung disetujui dalam satu hari dan sangat didukung oleh
masyarakatnya. Dapat dilihat semakin dekat lokasi daerah pesisir dengan daerah
urban yang ketergantungan akan produk-produk laut membuat penduduk pulau
berorientasi pada ekonomi sehingga kadang memanfaatkan daerah pesisir secara
berlebihan dan tidak berpikir secara jangka panjang.
Padang lamun di Konservasi LIPI Pulau Pari. |
“Pulau
Pari itu yang paling lengkap ekosistemnya. Ada koral, lamun, mangrove, jadi Pulau
Pari bagus untuk pendidikan, penelitian, diklat, dan wisata. Sangat disayangkan
kalau pulau itu masyarakatnya tidak mau menjaganya. Kalau pulau rusak, orang
(wisatawan) juga pindah ke pulau lain, pendapatan mereka juga akan turun,”
tutur Sam.
DPBL
sendiri dibuat tidak hanya untuk lamun, ini dibuat untuk tujuan meningkatkan populasi
biota di pesisir yang sudah mulai berkurang karena pemanfaatan secara masif.
Pemanfaatan berlebih dari populasi itu membuat warga akan kesulitan dikemudian
hari. Jika terjadi penurunan atau hilangnya populasi seperti ikan, kerang, dan biota lainnya penduduk harus mencari ikan lebih jauh dari sebelumnya sehingga membutuhkan modal yang lebih lagi.
“Banyak
masalah, lah, sebetulnya. Kalau di Pulau Pari yang kita kembangkan itu kita
mencoba mengembalikan populasi supaya kembali lagi. Dan setelah (ditutup untuk
DPBL) itu bisa naik lagi, dan kembali bagus lagi,” jelas Sam.
Wisatawan lalu lalang di padang lamun Pantai Pasir Perawan Pulau Pari. |
Lamun,
yang sering diabaikan sebenarnya mempunyai jasa lingkungan yang tidak
sedikit namun hal tersebut tidak secara langsung dirasakan. Lamun merupakan tempat
hidup beberapa jenis ikan dan kerang. Beberapa ikan dan kerang ini sebelum
hidup di laut lepas dan terumbu karang, hidup di daerah lamun. Selain itu,
lamun juga merupakan makanan untuk beberapa hewan laun seperti dugong, bulu
babi, dan penyu.
Masalah-masalah yang dihadapi Lamun
Ekosistem
Lamun hanya bisa hidup di perairan jernih maka itu ada beberapa hal yang dapat
mengganggu kelestariannya. Beberapa aktivitas yang berdampak pada Lamun
diantaranya reklamasi dan pembangunan di pesisir, limbah masyarakat pesisir,
budidaya dan penggunaan alat tangkap yang merusak.
Sampah mengendap di padang lamun Pulau Pari. |
“Kita
menentang reklamasi karena kita tahu dengan melakukan reklamasi di beberapa kota
di Indonesia akan menimbulkan bencana tidak hanya di wilayah reklamasinya
tetapi dimana wilayah asal material reklamasi itu diambil. Nah ini yang kita
lihat menjadi salah satu ancaman terbesar dari keberadaan lamun, dan juga
terumubu karang,” kata Arifsyah. M. Nasution, Ocean Campaigner Greenpeace.
Reklamasi
dan pembangunan yang berlebihan merusak Lamun karena reklamasi seringkali
menghilangkan Bakau dan tumbuhan pantai lain sehingga tak ada lagi penyaring
sedimen. Sedimen yang berlebihan akan menyebabkan kekeruhan dan menghambat
pertumbuhan lamun. Pembangunan di sekitar pesisir seperti contohnya pengerukan
pasir untuk ditimbun ke pantai juga mengganggu, karna habitat lamun yang ada
akan ikut terkeruk. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir juga menghasilkan
limbah dari kegiatan rumah tangga bahkan limbah dari bahan bakar yang digunakan
para nelayan untuk perahu mereka. Tak hanya itu seringkali masyarakat pesisir
belum sadar akan alat-alat yang sebenarnya bahanya untuk digunakan seperti penggunaan
cantrang yang dapat membuat tak hanya Lamun tapi berbagai biota laut hingga
yang terkecil ikut tersapu. Pemberian pakan yang berlebihan pada budidaya yang
dilakukan masyarakat juga mempengaruhi Lamun karna pakan tersebut akan dimakan
oleh mahluk hidup lain yang berkembang biak di permukaan air dan menutupi
cahaya matahari untuk sampai ke Lamun sehingga menghambat Lamun
berfotosintesis.
Berkaca
dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan kesadaran masyarakat pesisir untuk
menjaga Lamun sendiri masih sangat kurang. Edukasi yang belum cukup pada
masyarakat pesisir menjadi hal yang perlu.“Pendidikan lingkungan diajarkan dari
usia dini, kelas dua atau tiga diajarkan akan bagus sekali, karena mereka cepat
sekali menangkapnya setelah kita ajar sebentar. Dan kalau bisa diterapkan di
pulau kecil dampaknya bagus sekali,” menurut Sam.
Pemerintah, para ahli dan akademisi di bidang terkait harus bekerja sama untuk memberikan pengetahuan
kepada masyarakat pesisir. Kesehatan Lamun bermanfaat bagi
lingkungan dan lebih luasnya lagi bermanfaat untuk kehidupan masyarakat pesisir
sendiri karna akan mendukung sektor ekonomi secara jangka panjang. Masyarakat juga menjadi tahu cara yang baik
memanfaatkan alam tanpa merusak alam itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar